Saturday, November 29, 2008

Mimpi

Tidur atau bangun,
tiada mengerti.
Aku bingungpun,
tiada peduli.

Saat kubangun, aku bingung.
Mimpikah ini?
Saat kumimpi, aku bingung.
Bangunkah ini?

Baiklah kujalan saja.
Keduanya berbeda? Tidak,
masalahnya hanya kata.
Kadangpun tak tampak.

Dimana hidupku jadi seperti mimpi,
aku waspada untuk bangun.
Tidakpun tak masalah, karena kita hidup
dalam mimpi dan bangun.

Resah

Aku rindu
bulan-bulan itu, tiada halangan.
Mimpi dan khayal
menghantui. Tanpa henti,
kumasih mengejarmu.

Atau itupun mimpi. Sendu
hati ini. Perih rasanya
mengingatmu. Akan menyembuhkan luka ini?
Mungkin, dan mungkin
juga menambah luka baru.

Hilang dalam sepi,
tapi terus kuingat.
Tahun-tahun lalu,
melihat senyummu.
Menghapus resahku.

Monday, November 17, 2008

Jamboree

Jejaki lagi,
selangkah,
tanpa ragu.

Tanpa Ragu

Tatap, depanmu itu. Kawan
atau lawan, ragukanlah.
Mungkin, tapi tidak
pasti. Dialah kamu.

Tatap, jangan jauh-jauh.
Melainkan depanmu saja.
Yakinlah, tanpa ragu.
Kamu yang menang.

Dirimu hanyalah dirimu, depanmu.
Mengalahkan depanmu, hanyalah berarti mengalahkan dirimu.
Dirimu jadi kalah, bukan menang.
Memenangkan dirimu, bukanlah mengalahkan depanmu.

Menanglah, dan jangan mengalahkan.
Tanpa ragu, menanglah.
Lagi, esok bukanlah depanmu.
Depanmu hanyalah dirimu.

Selangkah

Hai, tak pernahkah kumendengar
engkau melangkah, wahai pemuda
gagah, menelusuri alam
bebas, mencari ketenangan
dalam malam sepi.

Langkahkanlah, dunia
menanti langkahmu,
menantikan detak, yang terbentuk
di hari yang kosong, bagai malam
tadi, dunia hanya butuh selangkah.

Nanti, selangkahlah yang mengisi
dunia, hilanglah semua
sepi, dan dunia
kembali, serta dipenuhi
langkah. Takkan berakhir.

Jikalau langkah itu berakhir,
aku akan kembali, dan memulai
langkah-langkah yang telah hilang,
sampai kembali kutemukan, dunia yang penuh
dengan langkah. Aku terus mencari.

Maka dari itu, berikanlah
selangkah untuk dunia, saat ini
penuh dengan kekosongan, sampai nanti
kita melangkah, bersama
kita lakukan cukup selangkah.

Jejaki Lagi

Kujejaki alam, tak berdetak menjadi
hening, duka
tak berlanjut, hampa
berkuasa, sepi
memenuhi semesta, kedamaian
tak terasa. Kujejaki lagi alam itu.

Manakala kutinggalkan rumahku,
angin sepi membawaku pergi.
Diam, tetapi jelas
kudengar, hampa
intinya, jika angin sepi membawaku pulang.
Manakala kusampai di rumahku?

Tanpa mereka yang dicintai,
tapi bersama yang mencintai.
Itu alam, indah
tak bercacat, bersih
seperti kain, jikalau cinta menjadi
tak jelas, aku diam.

Intinya, pergilah
tanpa ragu, pulanglah
tanpa sesat, yakinlah
tanpa takut, cintailah
tanpa sesal, hiduplah
tanpa henti, jejakilah.

Tanpa duka, hidup jadi bosan.
Tanpa suka, hidup jadi beban.
Tanpa keduanya, hidup jadi korban.
Tanpa kehampaan, hidup jadi jamban.
Tanpa tanpa, tanpa hidup jadi hidup.
Tanpa hidup, hidup jadi.

Kujejaki alam, berdetak menjadi
ceria, suka
berlanjut, penuh
menghamba, suara
mengosongi semesta, kericuhan
terasa. Kujejaki lagi alam ini.

Thursday, November 6, 2008

The Fallen Angel

They left me,
but still,
I am remembered.
.
May I draw?
May I think?
May I write?
May I love?
You may.
.
So, I throw my pen,
I take my pencil.
So, what may I do now?
.
May I draw?
May I think?
May I write?
May I love?
You may.
.
What to do?
My freedom is given,
and freedom itself is locking me inside him.
.
So I free my freedom.
May I draw?
No, you may not.
.
Then, I started to draw.

Monday, November 3, 2008

Sacrifice

If nobody loves me,
I'm wrong.
If only nobody would help me,
I'm strong.
.
Life's better,
if only nobody is apart.
World is a shelter,
but not for your heart.
.
Now I leave my refinements,
love should give me a way.
As I believe in neither faith nor god,
but in passion and love.
.
It's only my sacrifice,
it is.